MEDAN (Berita): Pendidikan karakter dulunya hanya diajarkan melalui beberapa mata pelajaran seperti pelajaran agama, olahraga dan bahasa Indonesia, tetapi sekarang pemerintah berupaya agar itu diimplementasikan pada semua mata pelajaran di sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Provsu Drs Syaiful Syafri, MM mengatakan hal itu diwakili Kasi TK & SD Najib SE pada penutupan pelatihan penulisan jurnalistik dan pelatihan pendidikan karakter SMP, Rabu [12/10] di Hotel Dharma Deli Medan.
Kadisdiksu menegaskan pendidikan karakter juga perlu diimplementasikan melalui kepramukaan, organisasi kesiswaan, Palang Merah Remaja dan pelatihan kepemimpinan.
“Dengan demikian para siswa kita terbiasa dan terbudayakan kembali dengan beretika dan berbudi pekerti. Kelak, mereka mampu menjadi eksekutif yang amanah, jurnalis yang benar, mampu menjadi hakim yang adil dan tegas, dan sebagainya,” katanya.
Dia berharap, melalui pelatihan digelar selama tiga hari itu, peserta memeroleh ilmu dan dapat kembali mengenal karakter bangsa.
Syaiful mengaku miris melihat kondisi bangsa dalam krisis moral akibat krisis etika, akhlak dan budi pekerti. Bergesernya nilai-nilai sosial, budaya dan agama membuat tak banyak lagi kerjasama dan gotong royong seperti dulu.
“Budaya malu pun sudah tak ada lagi. Alangkah fatalnya kondisi bangsa ini jika hal ini terus berlanjut berdampak pada generasi berikutnya,” tuturnya.Untuk itulah dia meminta para guru agar menuntun anak didik beretika, berkarakter dan berbudi pekerti.
Sementara itu Kepala Seksi SMP yang juga penjab kegiatan penjaminan kepastian layanan pendidikan SMP TA 2011, Yusri SH mengatakan pelatihan pendidikan karakter juga dirangkai dengan pelatihan penulisan jurnalistik.
Peserta kegiatan ini berasal dari SMP dan MTs seluruh kabupaten/kota se Sumut, masing-masing 4 siswa dan satu orang guru pembina dari 23 sekolah.
“Tujuan pelatihan jurnalistik ini untuk memperkenalkan pengetahuan dan kemampuan jurnalistik ke sekolah. Selanjutnya di sekolah tersebut diadakan pelatihan jurnalistik kepada para siswa,” kata Yusri.
Melalui pelatihan ini, Yusri berharap pengetahuan peserta tentang dasar-dasar jurnalistik meningkat. Sehingga nantinya mampu membedakan cara penulisan berita, press release, artikel, feature, laporan maupun naskah wawancara.
“Pengetahuan ini diperlukan baik oleh penulis dan kontributor dari berbagai unit kerja yang ikut berpartisipasi dalam menulis di media internal, apalagi oleh para anggota tim redaksi dan staf kehumasan,” papar Yusri.(aje)